Dengan menggunakan racun laba-laba, ilmuwan mencoba membuat obat bagi pria dengan disfungsi ereksi.
Laba-laba yang digunakan oleh ilmuwan tersebut adalah laba-laba dari Brazil jenis Phoneutria nigriventer. "Salah satu efek dari racun laba-laba ini adalah ereksi terus-menerus," kata Dr. Kania Nunes, fisiolog dari Medical College of Georgia.
Setelah berhasil memisahkan senyawa penyebab ereksi dari racun, mencobanya pada tikus. Hewan pengerat ini dikenal sering memiliki disfungsi ereksi akut. Pemberian "viagra baru" ini membuat tikus bisa membuat tikus ereksi dengan normal.
Menurut Nunes, setelah menyelidiki racun lebih lanjut, ia dan timnya mendapati cara kerja racun laba-laba dalam membuat ereksi berbeda dengan cara kerja obat disfungsi ereksi yang saat ini sudah ada. "Boleh dibilang kabar baik karena beberapa pasien tidak berhasil ditangani dengan terapi yang ada sekarang. Racun ini bisa jadi pilihan lain untuk mereka," kata Nunes.
Laba-laba P. nigriventer biasa didapati di dekat tanaman pisang di daerah tropis. Laba-laba, yang kakinya bisa memanjang hingga 10 hingga 12 centimeter ini, sering berkeluyuran dan menggigit ketika merasa terancam.
Gigitan beracunnya terasa sangat sakit. Selain mengakibatkan ereksi terus-menerus selama beberapa jam, racun juga akan mengakibatkan orang kehilangan kemampuan mengendalikan otot, serta rasa sakit, kesulitan bernapas.
Jika tidak cepat ditangani, kematian karena kekurangan oksigen dapat terjadi. Dengan diberi antiracun, korban biasanya kembali sehat dalam seminggu.
Tidak banyak kematian terlaporkan akibat gigitan laba-laba ini. Dari sekitar 7.000 kasus, hanya 10 yang diketahui meninggal.