Terapi tradisional ini disebut-sebut mampu membesarkan payudara tanpa bantuan operasi. Si terapis, Khemmikka Na Songkhla, hanya meremas, memijat, meninju, dan memukul-mukul area tersebut. Terapi "tampar payudara" sendiri bekerja dengan mengangkat lemak dari satu area ke area lain, meremas kelebihan lemak ke arah payudara.
Terapi ini sangat populer dan sudah disetujui oleh Thai Health Ministry sebagai perawatan alternatif dari operasi plastik.
Seorang klien Tobnom yang puas setelah wajahnya yang semula berbentuk persegi menjadi lebih runcing usai menjalani empat sesi tampar wajah.
Songkhla mengaku memelajari teknik ini dari neneknya, yang menemukan teknik tersebut setelah melihat seorang remaja berdada rata mencoba membesarkan "hartanya" dengan krim. "Nenek moyang kita tidak membagi teknik ini, karena dulu orang tidak peduli dengan ukuran payudaranya," kata Songkhla, yang seringkali melakukan terapi sambil bergoyang mengikuti irama musik.
Perempuan berusia 44 tahun yang kerap disapa Khunying Tobnom ini juga populer di Bangkok dengan terapi "tampar bokong" dan "tampar wajah". Masing-masing terapi dilakukan untuk mengencangkan bokong dan membentuk wajah. Untuk enam sesi perawatan dengan durasi 10 menit di klinik Tobnom, pelanggan harus membayar sekitar Rp 3,3 juta.
Mujarabkah teknik yang diterapkan Tobnom? Tentu, banyak orang yang meragukannya. Namun, sebuah studi dari Thai Health Ministry mendapati bahwa pijatan yang dilakukan Tobnom memang membuat payudara para relawan menjadi lebih besar. Kementerian ini bahkan mensponsori sebuah program yang menampakkan para perempuan belajar menampar payudara mereka sendiri untuk meningkatkan ukurannya, sebagai alternatif jalan operasi.
Tobnom sendiri menjamin payudara kliennya membesar beberapa sentimeter setelah ditampar. Misalnya, jika semula (lingkar) payudara Anda 75 cm, sesudah terapi akan membesar menjadi 80 cm. Klien dimintanya mencatat angka-angka tersebut untuk mengetahui perbedaannya. "Tetapi kadang-kadang kami menolak memberikan perawatan karena ada yang payudaranya terlalu kecil untuk dibesarkan," jelas Tobnom.
Yang namanya ditampar, tentu terasa sakit. Begitu pula dengan efek terapi ini. Tetapi, seperti kata pepatah "No pain, no gain", banyak perempuan yang rela kesakitan demi mendapatkan hasil yang diinginkan. Dan, mereka merasa puas dengan hasilnya.
"Saya suka sekali. Saya datang ke sini karena tidak mau operasi plastik. Perawatan ini memberikan hasil yang cepat, dan aman untuk tubuh saya. Setelah perawatan, saya memang merasa agak sakit, tapi bisa saya tahan," ungkap seorang pelanggan yang puas.
Pengakuan Thai Health Ministry terhadap terapi Khunying Tobnom ini membuat perempuan ini tergerak untuk membagi ilmunya kepada yang lain. Namun, biaya kursus terapi tampar payudara ini sangat mahal. Kursus tampar tubuh, tampar payudara, dan tampar wajah membutuhkan biaya masing-masing 330.000 dollar (sekitar Rp 2,9 milyar), 263.000 dollar (Rp 2,3 milyar), dan 164.000 dollar (Rp 1,4 milyar).
Mahalnya biaya kursus ini, Tobnom beralasan, karena kearifan lokalnya sangat bernilai. Terapi tersebut merupakan warisan dari neneknya, dan Tobnom adalah satu-satunya di dunia yang dapat mempraktikkan kearifan lokal ini.
Salah satu peminat kursus adalah seorang pelanggannya, yang mengaku wajahnya tampak lebih ramping, lalu tulang pipi dan dagunya lebih berbentuk, setelah menjalani empat sesi tampar wajah. Ia memutuskan memelajari teknik tersebut karena percaya bahwa hal tersebut merupakan perawatan kecantikan yang alami.