Citra Malang sebagai kota pendidikan sedikit tercoreng. Diam-diam polisi berhasil menangkap dua stripper (penari telanjang) di tempat hiburan The Loft Entertainment Karaoke and Lounge Malang Town Square (Matos) Jl Veteran Kota Malang.
Kasus penari striptease (telanjang) itu sebenarnya sudah dibongkar polisi 23 Agustus 2011, seminggu menjelang Lebaran. Namun, kasus ini baru diungkapkan kepada wartawan, Senin (26/9).
Dua stripper yang diciduk lebih dulu adalah Yanti (25), dan Shanti (17), keduanya nama samaran. Sedangkan tiga tersangka penyedianya adalah para pengelola The Loft, yakni M Nurdin alias Aria (30), selaku marketing manager; Ardi Zuliandi alias Diggoz (41), general manager; dan Roni Teguh Nugroho (30), operational manager.
"Saat kami tangkap, dua penari itu dalam kondisi bugil. Mereka menari-nari sambil mengikuti alunan musik," kata AKP Anton Prasetyo, Kasat Reskrim Polresta Malang, kemarin.
Bagi Yanti (25) dan Santi (17), berbugil ria di depan sejumlah lelaki hidung belang bukanlah hal tabu dan memalukan. Bahkan, mereka sangat menikmati pekerjaan ini. Seiring irama musik, mereka memamerkan lekuk-liuk tubuhnya yang molek, sebelum melucuti satu-persatu kain yang menempel di badannya.
Namun sayang, keasyikan ini hanya berlangsung kurang dari sebulan. Polisi mencium aktivitas yang berpeluang merusak moral warga Kota Malang ini. Selasa (23/8) sekitar pukul 23.00 WIB, pas Ramadan, polisi menggerebek satu kamar di tempat hiburan karaoke The Loft ini. Saat itu, Yanti, warga Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang, dan Santi, warga Kecamatan Sukun, Kota Malang, sedang asyik menggeliat di hadapan beberapa pria.
Jasa layanan tarian striptease tidak diberikan Nurdin, Diggoz, dan Roni, kepada semua pelanggan. Hanya mereka yang berkantong tebal dan membutuhkan jasa ini yang ditawari.
Caranya, Roni melihat banyaknya minuman keras yang dipesan. Setelah mendapatkan pelanggan 'the have', Roni pun melakukan persuasi kepada pelanggan itu, sebelum menawarkan sajian penari telanjang. Begitu pelanggan sudah masuk perangkap, Roni langsung meminta izin kepada Diggoz untuk memanggil kedua penari. Setelah izin keluar, Roni langsung menyampaikannya kepada Aria.
Peran Aria adalah sebagai orang yang mendatangkan penari telanjang. Untuk tarif, Aria mematok Rp 600.000 per jam bagi masing-masing penari. Dari tarif ini, Rp 500.000 diberikan kepada penari, dan sisanya masuk kantong pengelola The Loft.
Kasus penari striptease (telanjang) itu sebenarnya sudah dibongkar polisi 23 Agustus 2011, seminggu menjelang Lebaran. Namun, kasus ini baru diungkapkan kepada wartawan, Senin (26/9).
Dua stripper yang diciduk lebih dulu adalah Yanti (25), dan Shanti (17), keduanya nama samaran. Sedangkan tiga tersangka penyedianya adalah para pengelola The Loft, yakni M Nurdin alias Aria (30), selaku marketing manager; Ardi Zuliandi alias Diggoz (41), general manager; dan Roni Teguh Nugroho (30), operational manager.
"Saat kami tangkap, dua penari itu dalam kondisi bugil. Mereka menari-nari sambil mengikuti alunan musik," kata AKP Anton Prasetyo, Kasat Reskrim Polresta Malang, kemarin.
Bagi Yanti (25) dan Santi (17), berbugil ria di depan sejumlah lelaki hidung belang bukanlah hal tabu dan memalukan. Bahkan, mereka sangat menikmati pekerjaan ini. Seiring irama musik, mereka memamerkan lekuk-liuk tubuhnya yang molek, sebelum melucuti satu-persatu kain yang menempel di badannya.
Namun sayang, keasyikan ini hanya berlangsung kurang dari sebulan. Polisi mencium aktivitas yang berpeluang merusak moral warga Kota Malang ini. Selasa (23/8) sekitar pukul 23.00 WIB, pas Ramadan, polisi menggerebek satu kamar di tempat hiburan karaoke The Loft ini. Saat itu, Yanti, warga Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang, dan Santi, warga Kecamatan Sukun, Kota Malang, sedang asyik menggeliat di hadapan beberapa pria.
Jasa layanan tarian striptease tidak diberikan Nurdin, Diggoz, dan Roni, kepada semua pelanggan. Hanya mereka yang berkantong tebal dan membutuhkan jasa ini yang ditawari.
Caranya, Roni melihat banyaknya minuman keras yang dipesan. Setelah mendapatkan pelanggan 'the have', Roni pun melakukan persuasi kepada pelanggan itu, sebelum menawarkan sajian penari telanjang. Begitu pelanggan sudah masuk perangkap, Roni langsung meminta izin kepada Diggoz untuk memanggil kedua penari. Setelah izin keluar, Roni langsung menyampaikannya kepada Aria.
Peran Aria adalah sebagai orang yang mendatangkan penari telanjang. Untuk tarif, Aria mematok Rp 600.000 per jam bagi masing-masing penari. Dari tarif ini, Rp 500.000 diberikan kepada penari, dan sisanya masuk kantong pengelola The Loft.