Bagaimana hubungan antara kemaksiatan dengan sistem imun, apakah di antara keduanya bisa saling mempengaruhi?
Sebuah penelitian dilakukan untuk melihat efek ketegangan pada sistem imun. Orang cemas, takut dan gelisah cenderung memiliki sistem imun yang rendah. Penelitian ini dilakukan terhadap orang-orang yang hendak terjun payung untuk pertama kalinya.
Peneliti menemukan bahwa satu minggu sebelum penerjunan, si calon penerjun mengalami ketegangan yang luar biasa. Keadaan tersebut terus berlangusung sampai tiga hari berikutnya sehingga mereka tidak bisa berfikir dengan jernih. Pada saat itu, kadar kortisol dan adrenalin meningkat secara drastis.
Adrenalin ini mendorong mereka untuk meminta agar penerjunan segera dilaksanakan supaya segala beban dan ketegangan lekas hilang. Pada sisi lain, kadar kortisol pun meninggi sehingga sistem pertahanan tubuh mereka menurun. Inilah mengapa, pada saat menantikan hal-hal yang mendebarkan, seseorang sering jatuh sakit.
Nah, ketika seseorang telah berhasil melewati psychological barrier, kadar testoteron dalam tubuhnya akan meningkat karena ia sudah terlepas dari belenggu ketakutan dan kecemasan. Selanjutnya, peningkatan kadar testosteron akan mendorong terjadinya aktivitas seksual. Oleh karena itu, orang-orang yang mengalami suasana cemas dan takut berkepanjangan, yang ditandai dengan naik turunnya kadar kortisol dan adrenalin, kadar testosteron dalam tubuh mereka cenderung naik turun.
Salah satu ciri bangsa yang tidak sehat secara psikologis adalah rakyat hidup dalam suasana penuh ancaman dan kecemasan. Lalu, sebagian mereka menjadikan aktivitas seksual sebagai katarsis atau medium pelepas ketegangan. Semakin cemas suatu masyarakat semakin tinggi tingkat perzinaan di dalamnya. Seolah-olah mereka mencari pengganti (subtitusi) dari kecemasannya.
Ketika seseorang melakukan perzinaan, ia terjebak dalam kemaksiatan yang beruntun. Salah satunya adalah ketakutan akan munculnya efek negatif dari perzinaan tersebut, misalnya ; takut terkena penyakit menular, takut terbongkar dan sebagainya. Ada pula ancaman-ancaman di alam bawah sadar yang tidak kentara, yaitu takut akan dosa dan murka Tuhan.
Seprofesional apa pun pezina, tetap saja ia takut berdosa. Ketakutan ini akan hilang kalau ia mencari lagi penyaluran yang bisa membuatnya terlena, yaitu dengan berzina lagi. Namun sayang, ketakutan dan kecemasan itu tidak hilang malahan semakin menjadi-jadi. Untuk meredamnya, ia pun mulai menggunakan zat-zat aditif supaya perasaan bersalah tersebut dapat terlupakan. Akhirnya, ia mulai mengonsumsi obat-obat terlarang dan melakukan hiburang-hiburan yang lain.
Apakah semua perbuatan tersebut juga akan menimbulkan bencana alam? Jawabnya "Ya". Orang yang sudah terjebak dalam kecemasan, akan berbuat maksiat atas dorongan testosteron. Ia pun berbuat tamak dan rakus dalam memenuhi semua kebutuhannya. Lalu melakukan eksplorasi alam secara berlebihan untuk mencari alat tukar kenyamanan berupa uang tanpa memikirkan dampak lanjutan dari perilakunya.
Itulah sebabnya, dalam masyarakat yang gemar maksiat acapkali persediaan sumber daya alam menipis dan hutan menjadi gundul.
Dengan berkaca pada kenyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa imunitas yang rendah dapat berpengaruh terhadap ketamakan, yang berakhir dengan kerusakan alam dan lingkungan sekitar.
Sebuah penelitian dilakukan untuk melihat efek ketegangan pada sistem imun. Orang cemas, takut dan gelisah cenderung memiliki sistem imun yang rendah. Penelitian ini dilakukan terhadap orang-orang yang hendak terjun payung untuk pertama kalinya.
Peneliti menemukan bahwa satu minggu sebelum penerjunan, si calon penerjun mengalami ketegangan yang luar biasa. Keadaan tersebut terus berlangusung sampai tiga hari berikutnya sehingga mereka tidak bisa berfikir dengan jernih. Pada saat itu, kadar kortisol dan adrenalin meningkat secara drastis.
Adrenalin ini mendorong mereka untuk meminta agar penerjunan segera dilaksanakan supaya segala beban dan ketegangan lekas hilang. Pada sisi lain, kadar kortisol pun meninggi sehingga sistem pertahanan tubuh mereka menurun. Inilah mengapa, pada saat menantikan hal-hal yang mendebarkan, seseorang sering jatuh sakit.
Nah, ketika seseorang telah berhasil melewati psychological barrier, kadar testoteron dalam tubuhnya akan meningkat karena ia sudah terlepas dari belenggu ketakutan dan kecemasan. Selanjutnya, peningkatan kadar testosteron akan mendorong terjadinya aktivitas seksual. Oleh karena itu, orang-orang yang mengalami suasana cemas dan takut berkepanjangan, yang ditandai dengan naik turunnya kadar kortisol dan adrenalin, kadar testosteron dalam tubuh mereka cenderung naik turun.
Salah satu ciri bangsa yang tidak sehat secara psikologis adalah rakyat hidup dalam suasana penuh ancaman dan kecemasan. Lalu, sebagian mereka menjadikan aktivitas seksual sebagai katarsis atau medium pelepas ketegangan. Semakin cemas suatu masyarakat semakin tinggi tingkat perzinaan di dalamnya. Seolah-olah mereka mencari pengganti (subtitusi) dari kecemasannya.
Ketika seseorang melakukan perzinaan, ia terjebak dalam kemaksiatan yang beruntun. Salah satunya adalah ketakutan akan munculnya efek negatif dari perzinaan tersebut, misalnya ; takut terkena penyakit menular, takut terbongkar dan sebagainya. Ada pula ancaman-ancaman di alam bawah sadar yang tidak kentara, yaitu takut akan dosa dan murka Tuhan.
Seprofesional apa pun pezina, tetap saja ia takut berdosa. Ketakutan ini akan hilang kalau ia mencari lagi penyaluran yang bisa membuatnya terlena, yaitu dengan berzina lagi. Namun sayang, ketakutan dan kecemasan itu tidak hilang malahan semakin menjadi-jadi. Untuk meredamnya, ia pun mulai menggunakan zat-zat aditif supaya perasaan bersalah tersebut dapat terlupakan. Akhirnya, ia mulai mengonsumsi obat-obat terlarang dan melakukan hiburang-hiburan yang lain.
Apakah semua perbuatan tersebut juga akan menimbulkan bencana alam? Jawabnya "Ya". Orang yang sudah terjebak dalam kecemasan, akan berbuat maksiat atas dorongan testosteron. Ia pun berbuat tamak dan rakus dalam memenuhi semua kebutuhannya. Lalu melakukan eksplorasi alam secara berlebihan untuk mencari alat tukar kenyamanan berupa uang tanpa memikirkan dampak lanjutan dari perilakunya.
Itulah sebabnya, dalam masyarakat yang gemar maksiat acapkali persediaan sumber daya alam menipis dan hutan menjadi gundul.
Dengan berkaca pada kenyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa imunitas yang rendah dapat berpengaruh terhadap ketamakan, yang berakhir dengan kerusakan alam dan lingkungan sekitar.