Siapa sebenarnya Sondang Hutagalung, lelaki yang nekat membakar dirinya tepat di depan Istana Merdeka Jakarta, Rabu, 7 Desember 2011 lalu? Pria yang kini masih tergolek tak berdaya di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, dengan kondisi kritis itu adalah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Bung Karno (UBK) Jakarta angkatan 2007. Di bangku kuliah, Sondang sering terlibat berbagai aksi unjuk rasa.
Sondang, kata staf Divisi Kontras, Chrisbiantoro, saat ini dipercaya sebagai Ketua Himpunan Aksi Mahasiswa Marhaenisme untuk Rakyat Indonesia (Hammurabi). Organisasi yang dipimpin Sondang kebetulan suka aktif di kegiatan 'Sahabat Munir'. "Kebetulan, kelompok aktivis itu masuk dalam Sahabat Munir," kata Chrisbiantoro di Jakarta, Jumat, 9 Desember 2011. "Sudah 1,5 tahun dia bergabung dalam komunitas itu."
Menurut Chrisbiantoro, di mata teman-temannya, Sondang dikenal sebagai sosok aktivis yang kerap terlibat dalam berbagai upaya advokasi pelanggaran HAM. "Dia pribadi yang unik, selalu membuat suasana demonstrasi lebih hidup dan cukup kreatif," kata Chris.
Terakhir kali, Kontras berinteraksi dengannya pada 7 September 2011. Saat itu, Sondang dan kawan-kawannya menggelar aksi mengenang almarhum Munir. "Sondang memerankan pembunuh Munir lewat aksi teatrikal," kata Chris. Setelah itu, kata Chris, Sondang pamit untuk 'cuti' karena akan ngebut skripsi. "Sebulan sebelum kejadian, Sondang sempat menitipkan organisasi Hammurabi."
Tinggal di Perumahan Pondok Ungu, Bojong Pengairan, Medan Satria, Bekasi, menurut tantenya, Nyonya Sipahutar, Sondang dikenal sebagai anak yang baik dan penurut. Bungsu dari empat bersaudara anak pasangan Dame dan Victor Hutagalung ini tak jarang membantu pekerjaan rumah tangga. "Nyuci bajunya sendiri pun dia mau," kata Nyonya Sipahutar, tantenya. Victor, sang ayah, bekerja sebagai sopir taksi dan ibunya tidak bekerja.
Menurut Chris, sebelum nekat membakar dirinya sendiri, Sondang diketahui menitipkan barang bawaannya ke seorang sahabatnya. Diserahkannya handphone, dompet, dan seluruh identitasnya, membuat polisi kesulitan mengungkap identitasnya. Sayangnya, Chris tidak tahu alasan Sondang melakukan aksi itu. Menurutnya, tidak ada masalah dengan Sondang dalam beberapa hari terakhir. "Kata pacarnya pun enggak ada masalah," imbuhnya.
Kontras, kata Chris, langsung meluncur ke rumah sakit begitu kejadian 'bakar diri' itu menguar di media. Setelah melihat gigi, kaki, dan sepatu yang masih menempel, Kontras yakin jika pria yang membakar dirinya itu adalah Sondang. "Keluarganya juga menguatkan dari sepatu yang dibeli abangnya," jelas Chris.
Sepatu pantofel hitam yang dipakai Sondang ternyata tidak terbakar. Itulah yang membawa keluarga Sondang Hutagalung datang ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo untuk menjalani tes DNA. "Kata mamanya, sepatu itu akan dipakai untuk persiapan wisuda," kata tantenya.
Sondang, kata staf Divisi Kontras, Chrisbiantoro, saat ini dipercaya sebagai Ketua Himpunan Aksi Mahasiswa Marhaenisme untuk Rakyat Indonesia (Hammurabi). Organisasi yang dipimpin Sondang kebetulan suka aktif di kegiatan 'Sahabat Munir'. "Kebetulan, kelompok aktivis itu masuk dalam Sahabat Munir," kata Chrisbiantoro di Jakarta, Jumat, 9 Desember 2011. "Sudah 1,5 tahun dia bergabung dalam komunitas itu."
Menurut Chrisbiantoro, di mata teman-temannya, Sondang dikenal sebagai sosok aktivis yang kerap terlibat dalam berbagai upaya advokasi pelanggaran HAM. "Dia pribadi yang unik, selalu membuat suasana demonstrasi lebih hidup dan cukup kreatif," kata Chris.
Terakhir kali, Kontras berinteraksi dengannya pada 7 September 2011. Saat itu, Sondang dan kawan-kawannya menggelar aksi mengenang almarhum Munir. "Sondang memerankan pembunuh Munir lewat aksi teatrikal," kata Chris. Setelah itu, kata Chris, Sondang pamit untuk 'cuti' karena akan ngebut skripsi. "Sebulan sebelum kejadian, Sondang sempat menitipkan organisasi Hammurabi."
Tinggal di Perumahan Pondok Ungu, Bojong Pengairan, Medan Satria, Bekasi, menurut tantenya, Nyonya Sipahutar, Sondang dikenal sebagai anak yang baik dan penurut. Bungsu dari empat bersaudara anak pasangan Dame dan Victor Hutagalung ini tak jarang membantu pekerjaan rumah tangga. "Nyuci bajunya sendiri pun dia mau," kata Nyonya Sipahutar, tantenya. Victor, sang ayah, bekerja sebagai sopir taksi dan ibunya tidak bekerja.
Menurut Chris, sebelum nekat membakar dirinya sendiri, Sondang diketahui menitipkan barang bawaannya ke seorang sahabatnya. Diserahkannya handphone, dompet, dan seluruh identitasnya, membuat polisi kesulitan mengungkap identitasnya. Sayangnya, Chris tidak tahu alasan Sondang melakukan aksi itu. Menurutnya, tidak ada masalah dengan Sondang dalam beberapa hari terakhir. "Kata pacarnya pun enggak ada masalah," imbuhnya.
Kontras, kata Chris, langsung meluncur ke rumah sakit begitu kejadian 'bakar diri' itu menguar di media. Setelah melihat gigi, kaki, dan sepatu yang masih menempel, Kontras yakin jika pria yang membakar dirinya itu adalah Sondang. "Keluarganya juga menguatkan dari sepatu yang dibeli abangnya," jelas Chris.
Sepatu pantofel hitam yang dipakai Sondang ternyata tidak terbakar. Itulah yang membawa keluarga Sondang Hutagalung datang ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo untuk menjalani tes DNA. "Kata mamanya, sepatu itu akan dipakai untuk persiapan wisuda," kata tantenya.