Seorang wanita warga negara Jerman yang telah salah diasuh sebagai anak-anak laki-laki memenangkan perkara melawan ahli bedah yang telah mengubahnya menjadi remaja laki-laki. Demikian diungkapkan pengadilan setempat.
Penggugat yang berusia 48 tahun dan telah menderita penyakit yang disebut congenital adrenal hyperplasia menuntut ahli bedah tersebut karena telah menghilangkan uterus dan ovariumnya saat operasi usus buntu yang berlangsung tahun 1976.
Karena klitoris yang membesar dan dikira penis, wanita ini tumbuh dan diperlukan seperti laki-laki. Ungkap salah satu petugas peradilan di sebelah barat Kota Cologne.
Waktu itu, saat diberitahu bahwa dia 60 persen wanita usai operasi appendix, remaja ini mulai frustasi dan stres. Dia bahkan cenderung ingin bunuh diri. Akibatnya keluarga bingung dan membawanya ke dokter.
Karena dokter bedah itu merasa tidak menemukan bukti konkret adanya kelamin laki-laki di dalam tubuh sang pasien dan sebuah analisis atas kromosomnya membuktikan bahwa dia memang perempuan, meski dia (si anak) sendiri tidak diberitahu soal ini, ahli bedah itu akhirnya memutuskan untuk menghilangkan organ wanita yang ada di tubuh si anak. Kemudian memberi perawatan hormon dan operasi lanjutan bagi si anak dan menyelesaikan transformasinya sebagai pria.
Si wanita, yang kemudian menjadi seorang perawat, tahun 2006 akhirnya memahami bahwa organnya telah dihilangkan dan kromosom jenis kelaminnya dirahasiakan. Dalam putusannya, pengadilan menemukan bahwa ahli bedah ternyata tidak memberi informasi yang memadai mengenai "kondisi alami, substansi dan skop" dari operasi yang dijalankannya di Bulan Agustus 1977.
Si penggugat, yang telah diberi nama laki-laki, telah menemukan setidaknya hingga 100.000 euro kerusakan yang bisa dihitung dari si ahli bedah. Reuters
Penggugat yang berusia 48 tahun dan telah menderita penyakit yang disebut congenital adrenal hyperplasia menuntut ahli bedah tersebut karena telah menghilangkan uterus dan ovariumnya saat operasi usus buntu yang berlangsung tahun 1976.
Karena klitoris yang membesar dan dikira penis, wanita ini tumbuh dan diperlukan seperti laki-laki. Ungkap salah satu petugas peradilan di sebelah barat Kota Cologne.
Waktu itu, saat diberitahu bahwa dia 60 persen wanita usai operasi appendix, remaja ini mulai frustasi dan stres. Dia bahkan cenderung ingin bunuh diri. Akibatnya keluarga bingung dan membawanya ke dokter.
Karena dokter bedah itu merasa tidak menemukan bukti konkret adanya kelamin laki-laki di dalam tubuh sang pasien dan sebuah analisis atas kromosomnya membuktikan bahwa dia memang perempuan, meski dia (si anak) sendiri tidak diberitahu soal ini, ahli bedah itu akhirnya memutuskan untuk menghilangkan organ wanita yang ada di tubuh si anak. Kemudian memberi perawatan hormon dan operasi lanjutan bagi si anak dan menyelesaikan transformasinya sebagai pria.
Si wanita, yang kemudian menjadi seorang perawat, tahun 2006 akhirnya memahami bahwa organnya telah dihilangkan dan kromosom jenis kelaminnya dirahasiakan. Dalam putusannya, pengadilan menemukan bahwa ahli bedah ternyata tidak memberi informasi yang memadai mengenai "kondisi alami, substansi dan skop" dari operasi yang dijalankannya di Bulan Agustus 1977.
Si penggugat, yang telah diberi nama laki-laki, telah menemukan setidaknya hingga 100.000 euro kerusakan yang bisa dihitung dari si ahli bedah. Reuters