Jeruk Cina memang sangat menarik. Warnanya kuning cerah mulus dan licin. Berbeda dengan jeruk lokal yang warnanya belang hijau, kuning, bahkan coklat. Tak jarang Jeruk Cina dibungkus plastik satu demi satu dan diberi merk agar lebih menarik.
Tapi jangan keliru. Jeruk Cina belum tentu lebih baik daripada Jeruk Lokal seperti Jeruk Medan atau Jeruk Pontianak. Adik ipar saya Fahmi (Yusuke Kondo) yang berkewarga-negaraan Jepang saat ditawari Jeruk Cina tidak mau makan sama sekali. Padahal dia makan buah salak yang ada di piring yang sama. Alasannya di Jepang, penduduk di Jepang sudah tidak mau makan Jeruk Cina karena mengandung banyak bahan kimia sehingga warnanya begitu bersih dan menarik.
Sebelumnya saya dan ipar saya yang lain juga saat makan Jeruk Cina merasa aneh. Jeruknya tidak manis dan tidak kecut (walau ada yang manis dan ada yang kecut), tapi kok tidak berair sama sekali? Kami curiga jika jeruk tersebut disuntik.
Di satu Blog Singapura, seorang Blogger, Terry khawatir karena pemerintah Shanghai melarang penjual Jeruk di Cina yang memakai pewarna beracun untuk mewarnai jeruknya. Dia khawatir jeruk seperti itu sampai di Singapura. Tak heran jika warna Jeruk Cina begitu kuning mulus dan terang/menarik.
Sementara Dinkes Cilegon menemukan kandungan Formalin yang bisa menimbulkan kanker pada Jeruk Impor asal Cina. Tak heran jika Jeruk Cina yang telah menempuh perjalanan laut selama 2 minggu ke Indonesia, masih belum busuk meski dipajang selama 3 minggu. Alias tidak busuk meski sudah 5 minggu lebih. Sementara Jeruk Lokal seminggu sudah busuk.
Itu karena Jeruk Cina sudah memakai bahan pengawet kimia seperti Formalin sehingga jadi tahan lama. Sementara Jeruk Lokal lebih alami. Tolong diteruskan agar lebih bny org tak keracunan.